Suara Dian Satriawan

Suara Dian Satriawan

Hai, salam kenal semua nya.
Namaku Dian Satriawan,
kelas XI MIPA di salah satu sekolah swasta kota Surabaya

Mungkin apa yang aku rasakan sama seperti apa yang teman teman rasakan. Semenjak pandemi covid-19 ada di Indonesia dan semakin menyebar ke seluruh Indonesia bahkan Surabaya ikut terdampak pandemi ini, semua kegiatan yang biasanya kita lakukan diluar rumah dirubah menjadi kegiatan dirumah saja.

Akibat virus ini, termasuk sistem pendidikannya juga, sekolah diliburkan dan diganti dengan pembelajaran dirumah. Ya meskipun kita semua juga tidak setuju dengan pembelajaran dirumah, tapi ya harus gimana lagi, ini juga demi kebaikan kita semua agar terhindar dari virus covid 19 ini,

Sekolah saya kebanyakan siswa siswinya dari masyarakat menengah kebawah. Dengan kondisi pandemi seperti ini, tentu membuat kami harus mengisi paket internet terus, ya meskipun kami sadar kalau kami ga punya uang dan harus minta orang tua.

Kalau dulu kan masih ada uang saku untuk ditabung tapi kalau sekarang sama sekali tidak ada pemasukan, jadi ya mau ga mau harus minta orang tua agar kita bisa mengerjakan tugas yang begitu banyak dengan deadline yang mepet.

Kami dipaksa untuk mengejar deadline tugas yang dikasih oleh guru kami yang begitu mepet, bahkan sehari ada 5 tugas yang masuk ke google classroom yang harus dikerjakan. Deadline nya pun mepet sekali, kadang 1 tugas harus dikumpulkan esok harinya.

Padahal kan kami belum dikasih materinya, dan kami harus memahami materi nya terlebih dahulu. Kita pun mengeluh terkadang kita mengadu ke wali kelas yang tergabung di dalam grup kelas kami, “Bu kami bukan robot, kami belum menguasai materi ini kok udah dikasih soal saja” kata beberapa teman di grup kelas. Lalu dengan tenang wali kelas kami menjawab “dikerjakan saja, hubungi setiap guru mapel nya”. Kami hanya bisa menjawab “iya siap Bu” dan kami terpaksa harus menyimpan nomer guru-guru kami yang dulu kita enggan untuk menyimpan nomer nomer guru kami.

Setelah 2 bulan kami melaksanakan quarantine day dengan tugas yang begitu banyak, kami dikejutkan dengan surat edaran yang dikirimkan oleh wali kelas kami berisi ujian akhir semester yang dilaksanakan di rumah melalui handphone atau laptop.

Tapi sebelum kita melaksanakan ujian tersebut, setiap siswa diwajibkan membayar SPP sampai bulan Juni agar bisa melaksanakan ujian tersebut.

Kami semua kaget dan ga terima dengan semua ini. Terus kami nimbrung di grup kelas yang tanpa wali kelas. Jadi kita punya 2 grup, grup satu nya itu grup yang ada wali kelas, yang satunya grup yang tidak ada wali kelas. Kami semua nimbrung di grup yang tidak ada wali kelas, semua amarah dan emosi kami luapkan disitu…

“Sekolahnya gilaa! Kita ini lagi susah ko disuruh bayar SPP”.. “Kita ga ada uang buat bayar SPP, ini aja ada uang buat makan udah syukur..” kata beberapa teman saya.

Iya kami sadar kita sama sama susah. Guru digaji pakai uang SPP. Kalau anak anak tidak ada yang bayar SPP guru hidupnya bagaimana?

Tapi disisi lain kita sebagai siswa juga melihat orang tua kita memutar otak untuk membiayai hidup keluarga, karena pandemi ini banyak orang tua siswa yang di-PHK. Banyak orang tua siswa yang usahanya sepi.

Entah dalam kondisi ini siapa yang disalahkan?..
Pemerintah? atau yayasan sekolah?..

Tidak ada yang bisa disalahkan karena semua nya juga berupaya untuk menangani covid 19 agar semua kembali seperti semula.

Saya cuma berharap ada keajaiban datang untuk kita semua yang sekolah di sekolah swasta…

Indonesia, 11 Mei 2020
Dian Satriawan
Pelajar SMA Surabaya

#SuaraPelajar
Menuju Pendidikan Berkeadilan dan Demokratis
Dari Siswa, Oleh Siswa, Untuk Siswa

Ingin menulis #SuaraPelajar dan kami publish di website dan medsos kami?
Klik tombol di bawah ini untuk baca panduan menulis 🙂