Berdirinya Supersquad Academy berawal dari pengamatan saya terhadap permasalahan kualitas pendidikan di Indonesia, yakni sistem pendidikan yang kurang mampu mengoptimalkan potensi siswa dan kesalahan cara belajar yang diterapkan oleh siswa. Di sisi lain, siswa hidup di era dimana informasi dapat diakses bebas, yang beresiko dengan adanya konten negative dan arus informasi yang menjerumuskan. Melihat permasalahan tersebut, membuat saya berinisiatif untuk membuat konten-konten video yang mengajak siswa untuk memperbaiki cara belajarnya dan mengoptimalkan potensi diri yang mana materinya diadopsi dari praktisi pendidikan internasional.
Selama 2 bulan lebih saya membuat konten video-video, hingga saya upload di website yang bisa diakses gratis. Setelah saya sebar ke beberapa pelajar untuk melihat video tersebut, berbagai respon positif saya dapatkan, bahkan tidak sedikit yang membuat hati saya tersentuh. Seketika itu saya melihat potensi pada konten yang saya buat:
Revolusi cara belajar dapat menjadi kunci untuk mewujudkan indonesia emas.
Tekad saya untuk menyebarluaskan materi tersebut saya lakukan dengan memperhatikan sebuah prinsip:
Mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain.
Saya tidak ingin apa yang saya ajarkan nantinya tidak sesuai dengan diri saya sendiri. Saya pun ingin memastikan bahwa apa yang saya ajarkan nantinya adalah suatu hal “luar biasa” yang dapat mengembangkan potensi siswa tanpa memandang fisik dan latar belakang apapun. Sehingga untuk siswa pertama yang saya ajarkan materi revolusi cara belajar, saya membuat keputusan:
Siswa Sekolah Luar Biasa, Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya.
Rasa cinta saya terhadap dunia pendidikan tidak dapat saya bendung, hingga saya bertemu dengan Erik, Rama, Radik, Reno, Adi, dan siswa-siswi penyandang tuna netra lainnya. Bersama mereka, saya mendidik diri sendiri agar bisa mensyukuri anugerah Tuhan, dan mengasah kepekaan saya terhadap potensi kecerdasan yang mereka miliki. Hingga akhirnya saya menemukan satu potensi kecerdasan yang ada pada mereka:
Kecerdasan Musikal.
Melihat mereka memiliki kecerdasan musikal, saya mengajak mereka membuat lagu dan band sendiri, hingga berhasil merilis single perdana mereka berjudul “Indonesia lebih Indah”.
(klik gambar untuk menonton via youtube)
Mereka menamai band mereka dengan nama ERA, yang berasal dari singkatan nama personil mereka, yakni Erik, Reno, Rama, Adi. Nama yang sangat menarik. Namun ada satu hal yang lebih menarik dan “luar biasa”:
Saya baru pertama kali melihat band dengan seluruh personilnya adalah pelajar penyandang tuna netra.
Keunikan dan energi positif yang mereka miliki membuat mereka diundang oleh mahasiswa Sistem Informasi ITS dalam kegiatan jurusan untuk tampil menyanyikan lagu. Melihat kecerdasan musikal mereka di tengah keterbatasannya, tak heran jika membuat para penonton tersentuh, bahkan tidak sedikit yang meneteskan air mata.
Singkat cerita, guru-guru SLB Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya merasa bangga sekali melihat anak-anak kesayangannya mampu berkarya dengan lagu yang sangat inspiratif. Respon positif dari guru-guru dan juga para pelajar sekolah luar biasa menjadi energi besar bagi saya untuk terus mengembangkan program revolusi cara belajar, dan menyebarkannya kepada para pelajar di Indonesia.
Kecerdasan mereka, siswa sekolah “luar biasa” di tengah keterbatasannya, dan kesolidan mereka dalam berkarya, memberikan inspirasi bagi saya untuk memberi nama “Supersquad Academy” pada platform dan komunitas.
Supersquad Academy hadir untuk menyelamatkan siswa dari pembodohan generasi, melihat siswa sebagai pribadi pembelajar seumur hidup, menjadi komunitas belajar yang inklusif, menjangkau seluruh siswa tanpa batasan fisik dan potensi kecerdasan, sekaligus sebagai pembentukan mindset bagi siapa saja yang ingin berkontribusi terhadap reformasi pendidikan agar menyadari bahwa sejatinya semua anak adalah different ability, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dan keunikan yang menjadi identitas siswa itu sendiri, serta kondisi yang melatarbelakangi siswa.
… bersambung