Jumat siang, 22 November.
Mas Dhanang dan Arsya menginjakkan kaki di Batam.
Perjuangan kami hingga membuat Supersquad Academy lolos 25 besar membuat pikiran kami berubah, yang semula kami menganggap membawa startup bayi yang tak pantas untuk bersaing dengan startup lainnya, berubah menjadi startup bayi super, alias bayi ‘hulk’, yang akan melumat siapapun di arena perlombaan.
Serangkaian kegiatan kami lakukan, hingga tiba saatnya kami bersaing dengan 24 startup lainnya, membuktikan siapa lima terbaik diantara mereka. Supersquad Academy mendapat nomor urut 11 untuk tampil pitching. Setiap tim melakukan pitching, tim yang lain harus berada di luar ruangan.
Sambil menunggu giliran, kami bersiap diri untuk memberikan persembahan yang terbaik.
Persiapan kami mengalami kendala.
Entah apa yang merasuki Arsya, berkali-kali ia keluar-masuk toilet. Lebih dari 5 kali terhitung.
Satu hal yang Mas Dhanang sadari pada saat itu, Arsya demam panggung.
Seketika Mas Dhanang menenangkan Arsya dan meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, babak final di depan mata, jangan sampai ketenangan dan kefokusan hilang. Tinggal sedikit lagi, kami harus membuktikan di hadapan juri bahwa Supersquad Academy adalah startup terbaik diantara yang lain.
Tiba giliran kami pitching di depan juri. Waktu yang diberikan sangat singkat, hanya 3 menit!
Dengan waktu yang sangat terbatas tersebut, Mas Dhanang dan Arsya mempresentasikan Supersquad Academy dan progress yang sudah kami lakukan menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris.
Sedikit melebihi waktu, namun kami mendapat respon yang baik dari juri, tidak ada masalah yang terlalu berarti untuk kami.
Selesai tampil, Mas Dhanang dan Arsya bergegas keluar untuk bergantian dengan tim lain.
Setelah semua tim melakukan pitching di hadapan juri, Mas Dhanang dan Arsya menghampiri Mr. David, sebagai juri dari Singapore, seorang angle investor, yang menghubungkan startup-startup ke investor.
Kami meminta tanda tangan di atas lampiran pitch deck kami.
Sambil tandatangan, Mr David mengucapkan satu kalimat..
“Congrats, you are the winner”.
Mas Dhanang dan Arsya menganggap itu hanyalah kalimat motivasi, lalu membalasnya dengan ucapan ‘aminn’. Kami tak berharap terlalu berlebih, karena kami melihat masih ada peserta-peserta lain yang kami anggap lebih bagus.
Berbagai kegiatan lain Mas Dhanang dan Arsya lakukan bersama tim lainnya.
Hingga malam pengumuman pun tiba.
Minggu Malam, 24 November.
Seluruh peserta menanti, siapa 5 terbaik diantara mereka.
Di waktu yang sama, namun tempat yang berbeda nan jauh, saya sedang berada di dalam mobil, perjalanan pulang dari upgrading Warga Lokal.
Perjalanan yang lancar mengingatkan saya kepada Mas Dhanang dan Arsya, apakah progress di sana juga lancar.
Saya pun bertanya ke Mas Dhanang dan Arsya melalui WA untuk mengetahui perkembangannya. Mereka memberitahu bahwa pemenang akan diumumkan malam ini, tidak lama lagi.
Seketika jantung saya berdegup kencang.
Saya pun berdoa semoga Supersquad Academy meraih juara.
Teman-teman Warga Lokal pun saya beritahu agar turut membantu mendoakan.
Satu jam kemudian..
“Ting!”
Satu notifikasi pesan WA berupa foto muncul di HP saya,
dari Mas Dhanang.
Dengan sergap saya membukanya…
ALHAMDULILLAH! SUPERSQUAD ACADEMY MENANG!! JUARA 2!!
ALHAMDULILLAH! ALHAMDULILLAH!!
Saya terperangah! Berteriak di dalam mobil! Menggerakkan seluruh tubuh!
ALHAMDULILLAH! ALHAMDULILLAH! YA ALLAH! MAS! REK, SUPERSQUAD ACADEMY JUARA 2! SUWUN SING AKEH REK!! MAS!!
Luapan kebahagiaan dan rasa syukur tak bisa saya bendung.
Satu ungkapan dari hati pun saya tulis kepada mereka..
Tanpa saya sadari, setetes air mata pun mengalir di pipi.
Berkali-kali saya mengucapkan terimakasih ke tim atas perjuangan bersama selama ini, dan juga kepada teman-teman Warga Lokal yang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri.
Kemenangan Supersquad Academy membuat saya sadar akan satu hal terhadap Warga Lokal:
Supersquad Academy hanyalah sekumpulan orang bervisi besar namun kesulitan untuk mewujudkannya, dan Komunitas Warga Lokal hadir membuat segalanya menjadi lebih indah! …
Setelah pengumuman juara, Mas Dhanang dan Arsya pun mengucapkan terimakasih ke Mr David.
Satu hal membuat kami terkejut.
Mr. David mengatakan bahwa sebenarnya kami adalah juara pertama bagi Mr David, namun score total dengan juri lainnya menghasilkan score akhir kami menduduki peringkat dua.
Seketika kami pun terkejut, dan merasa sangat bangga menjadi juara 1 di mata Mr. David, seorang angle investor profesional dalam dunia Startup.
24 November 2019, menjadi malam tak terlupakan bagi kami. Sungguh sebuah kado spesial untuk kami dan para guru Indonesia, tepat sehari sebelum Hari Guru Nasional, juga kado spesial bagi saya pribadi, di ulang tahun saya yang lewat dua hari.
Keesokan harinya, Mas Dhanang dan Arsya bersiap pulang. Sebelum meninggalkan Batam, Mas Dhanang dan Arsya berjalan-jalan dan mengambil foto untuk mengabadikan momen yang tak terlupakan, hingga satu peristiwa buruk menimpa mereka:
Tertinggal pesawat.
Tiket yang tak bernominal kecil pun hangus.
Suasana pun berubah seketika. Yang semula penuh euforia karena pertama kali menginjakkan kaki di batam langsung mendapatkan prestasi perlombaan startup tingkat nasional, seketika berubah menjadi peratapan.
Meratapi nasib, karena harus merogoh kocek lagi dengan jumlah yang tak sedikit.
Mengetahui kabar Mas Dhanang dan Arsya yang tertinggal pesawat, saya pun menghubungi mereka melalui video call untuk memastikan mereka baik-baik saja.
Ucapan selamat dan terimakasih pun saya ucapkan kepada Mas Dhanang dan Arsya, di tengah rasa bahagia dan kekecewaan mereka yang menjadi satu.
Saya pun menunggu Mas Dhanang dan Arsya tiba di Surabaya.
Tak sabar untuk memeluk mereka, dan melakukan tarian kecil.
… bersambung